Oh Tuhan, Betapa Aku Benci Membaca

Yah, aku benci membaca ketika semua yang kubaca selalu tentangmu
Aku benci menemukan jawaban dari semua pertanyaan yang tidak pernah berani kutanyakan padamu oleh setiap buku yang mulai aku baca baris demi baris
Paragraf demi paragraf
Lembar demi lembar
Buku yang satu ke buku yang lainnya
Aku benci bagaimana bisa pengarang entah siapa mampu menebak kita yang bahkan tidak mengenal kita
Dan lebih jauh lagi sebelum aku mengenalmu
Kau mengenalku
Kita saling mengenal
Aku benci kenapa dengan pengarang berbeda bisa tahu keadaanku
Menebaknya, menuliskannya, menerbitkannya, menjualnya pada orang yang aku kenal, memberikannya padaku, dan kubaca
Betapa pengarangnya menebak semua kehidupanku, perasaanku, tingkah laku masa laluku, sebelum semuanya terjadi dan aku baru membacanya setelah semuanya selesai
Aku benci sampai ke urat nadiku pada setiap halaman yang seolah-olah menguliahiku tentangmu
Dari satu buku ke buku yang lainnya
Buku-buku yang kugandrungi
Oh Tuhan, betapa aku benci membaca
Karena setiap buku yang aku baca seenaknya saja mengingatkanku padamu
Selalu saja padamu
Oh Tuhan, betapa aku benci membacamu
Aku benci membaca
Aku benci karena aku telah tertebak oleh lembaran yang tidak aku kenal sebelumnya, tidak pula mengenalku
Aku benci terperangkap lagi oleh memori tentangmu karena membaca
Oh Tuhan, betapa membaca membuatku benci karena yang kubaca seolah-olah mengingatkanku padamu
Selalu saja padamu
Aku benci karena selalu namamu yang kuingat ketika membaca
Aku benci untuk mencari nama lain tapi hanya namamu yang ada
Namamu, tentangmu, padamu
Bagiku, aku benci
Oh Tuhan, aku benci padamu
Sampai ke urat nadiku
Demi Tuhan, aku benci padamu

..

Aku benci bermain-main dengan cinta. Ode tentang teman yang membangkitkan kebencianku padamu, pada membaca. Sampai ke urat nadiku, aku benci!

Tentang Sesuatu yang Tidak Bisa Kembali, Tidak Bisa Dibeli

"Waktu itu malam takbiran, 29 Agustus 2011"


..
Sekali lagi, Cantik
Hari-hari kita pernah luar biasa
Ketika kau berkata putih harus diimbangi dengan hitam
Dosa harus sama banyaknya dengan pahala
Karena hidup kita tidak akan selamanya terang
Lalu kau pergi membawa sesuatu yang tidak bisa kembali
Tidak bisa juga dibeli
Selain itu, kau juga membawa serta hati
Sekarang aku kosong, hilang isi

Hari selanjutnya kau tumbuh sendiri
Akupun tidak mau mati berdiri
Semua yang ku beri, yang kita bagi
Untukmu seakan tiada arti

Bukannya aku tidak keberatan, cantik
Hanya saja menunjukkan kalau aku cukup kuat setelah kehilanganmu
Kuat tanpa kau besertaku
dan tersenyum menunduk bukan berarti lagi kalau aku patuh padamu
Tapi sekedar menghargaimu sebagai orang yang pernah mengisi hari-hariku
Walau terbalaskan dengan senyum angkuh tegak ke atasmu
Seakan-akan saja kau pemenangnya
Yah, Cantik. Kau pemenangnya
Namun bukan berarti aku kalah
Aku tidak kalah dengan segala janji teringkarmu
Kelakuan tanpa tanggungjawabmu

Karena, Cantik
Aku pun menang melawan kesendirianku tanpamu
Aku menang untuk diriku sendiri
Aku menang dari selusin rinduku untukmu
..


"Waktu itu bahkan tidak ada satu pun air yang jatuh dari langit, tapi hariku sangat gelap. Bagaimana bisa adanya bintang membuatku masih buta.. Melihat kebenaran darimu, Cantik?"
Back to Top